David Ignatius, seorang kolumnis di Washington Post menulis gaya Ahmadinejad ketika diwawancara oleh media Amerika Syarikat ketika menghadiri sidang PBB baru-baru ini dilihat sebagai bergaya
"Bob-and-Weave".
Boleh menonton wawancara tersebut diklip di bawah:-
Saya (Dina Y. Sulaeman) cuba mencari apakah maksud
"Bob-and-Weave", ternyata berkaitan dengan
tinju. Seorang petinju yang bergaya "Bob-and-Weave" akan bergerak dari
sisi ke sisi, dari belakang ke depan, untuk menghindari pukulan lawannya
dan membuat lawannya kehilangan keseimbangan.
Benar, dengan
gayanya itu Ahmadinejad berhasil membuat host sekelas Piers Morgan
tampak seperti badut (Pak Lawak) karena ditertawakan oleh penonton; setidaknya, oleh
saya (Dina Y. Sulaeman) yang memang berkali-kali tertawa saat menyaksikan rakaman
wawancara Ahmadinejad di CNN tanggal 24 September lalu.
Sejak awal, Ahmadinejad sudah memperlihatkan ‘kelas’-nya, kerana apabila sahaja wawancara dimulai, Morgan terus mengajukan pertanyaan intimidatif (tekanan),
“Banyak orang Amerika Syarikat melihat Anda sebagai musuh publik nombor 1. Bagaimana
perasaan Anda atas hal ini?”
Ahmadinejad sama sekali tidak terintimidasi, bahkan terlihat menahan
senyum. Dia menjawab tenang dengan diawali basmalah dan doa,
“Bismillahirrahmaanirrahim. Allahumma… Selamat
pagi. Saya menyampaikan salam kepada semua rakyat Amerika Syarikat yang mengagumkan
dan seluruh mereka yang menyaksikan program Anda. Kalaupun Anda punya
kebencian terhadap saya, jangan hasutkan kepada orang lain di Amerika Syarikat. Kami
mencintai seluruh rakyat Amerika Syarikat dan rakyat Iran mendoakan kedamaian dan
stabiliti bagi seluruh dunia.”
Selanjutnya, Morgan mengajukan pertanyaan yang tidak penting; tapi
berhasil dijawab dengan kalimat yang bermakna dalam (penting) bagi
seluruh manusia.
Morgan bertanya, “Anda datang untuk berpidato di PBB. Banyak yang
menilai bahwa ini adalah pidato terpenting dalam hidup Anda. Apa
pendapat Anda?”
Ahmadinejad menjawab, “Tidak, ini tidaklah pidato terpenting dalam
hidup saya. Tapi saya berpendapat bahwa seluruh saat hidup manusia itu
penting bagi manusia itu sendiri, karena waktu yang berlalu tidak akan dapat
kembali. Semua saat dalam hidup manusia itu penting…”
Morgan lalu berusaha menjebak dengan pertanyaan, “Saat ini sedang
terjadi gelombang protes di Timur Tengah atas isu video yang menghina Nabi
Muhammad. Sebagai hasilnya, terjadi penyerangan terhadap kedutaan
Amerika Syarikat, termasuk pembunuhan terhadap Duta Amerika Syarikat di Libya. Apa Anda mengutuk
penyerangan yang menjadi penyebab pembunuhan ini?”
Dengan cerdas Ahmadinejad membalikkan sudut pandang terhadap topik
ini, “Pertama, kami mengutuk segala bentuk aksi provokatif yang
menyinggung pemikiran dan perasaan keagamaan rakyat sebagaimana kami
juga mengutuk segala bentuk ekstrimisme. Tentu saja, apa yang sudah
terjadi adalah buruk; menghina Nabi Suci adalah sangat buruk. Ini tidak
ada hubungannya dengan kebebasan berbicara. Ini adalah bukti dari
penyelewengan kebebasan dan di banyak tempat dan ini termasuk sebagai jenayah; hal ini tidak seharusnya terjadi… Tapi kami juga
berpendapat bahwa masalah ini harus diselesaikan dalam atmosfera
kemanusiaan dan tidak sampai melenyapkan nyawa manusia…”
Morgan masih terus mengejar, “Para demonstran di Timur Tengah mengancam
para staf kedutaan Amerika Syarikat, Mereka mengancam membunuh [staff kedutaan itu].
Apa Anda pikir seharusnya mereka menghentikan [perilaku] hal ini?”
Ahmadinejad menjawab, “Saya tidak boleh mengatur apa yang harus
dilakukan rakyat dii negara lain. Tapi saya percaya bahwa ekstrimisme
akan melahirkan ekstrimisme lainnya. Mungkin jika ahli politik Barat
mengambil posisi yang tepat dalam menangani keadaan ini, saya pikir
kondisi akan membaik. Kerana sebagian besar umat manusia tidaklah
menginginkan ketegangan dan konflik.”
Morgan sempat terjebak oleh pertanyaan dan sikapnya sendiri ketika
membahas Holocaust. Morgan berkata, “Apakah Anda percaya bahwa Holocaust
terjadi? Banyak orang Yahudi yang menilai Anda sebagai orang yang
menganggap tragedi ini tidak pernah terjadi.”
Ahmadinejad malah menjawab dengan pertanyaan lagi, “Ada dua
pertanyaan yang selama ini sudah saya ajukan terkait Holocaust tapi
tidak ada yang memberikan jawaban kepada saya. Pertama, mengapa di
Eropah ada larangan untuk melakukan penelitian terhadap Holocaust, bahkan
peneliti Holocaust dipenjarakan?”
Morgan memotong kalimat Ahmadinejad. Ahmadinejad dan Morgan sempat
beberapa detik bicara bersamaan, tapi Ahmadinejad kemudian memilih diam
sampai Morgan selesai bicara. Morgan berkata, “Sudah sangat banyak
penelitian terkait Holocaust. Ini adalah kejadian yang tidak perlu
dipertanyakan lagi. Ada 6 juta Yahudi yang terbunuh dalam kejadian itu. Apa
Anda meragukan fakta ini?”
Ahmadinejad balik bertanya, “Apa Anda percaya pada kebebasan
berpikir dan kebebasan ide?” Morgan menjawab, “Saya percaya pada data.”
Ahmadinejad mengejar, seolah kini dialah yang jadi host, “Apa Anda percaya pada kebebasan untuk meneliti?”
Morgan menjawab lagi dan mereka berdua saling bertabrakan bercakap.
Ahmadinejad berusaha terus mengejar Morgan dengan pertanyaan soal
kebebasan untuk melakukan penelitian, sementara Morgan berkali-kali
bertanya, “Apa Anda percaya ada 6 juta Yahudi tewas akibat Holocaust?”
Morgan terus-terang berkata bahwa ia ingin jawaban “yes or no” .
Tentu saja, bukan Ahmadinejad namanya kalau ia terpancing dan menjawab
sesuai keinginan Morgan.
Terakhir, Ahmadinejad dengan senyum dikulum
malah menasehati Morgan, bahwa etika menjadi host hendaklah menunggu
sampai orang yang diwawancarai selesai menjawab, bukannya terus-menerus
menyelit demi mendapatkan jawaban yes or no. Morgan terlihat malu dan
meminta maaf atas ‘impertinence’ [kekurang ajaran] yang dilakukannya dan
mempersilakan Ahmadinejad menjawab sesuai keinginan. Sebelum menjawab
panjang lebar, Ahmadinejad melanjutkan nasihatnya sambil terus
tersenyum, “Tapi Anda tidak bisa memaksa saya menjawab dengan jawaban
yang Anda anggap sebagai jawaban yang tepat”
Soalan homoseksual, lagi-lagi Morgan kena batunya. Awalnya Morgan
menyindir, “Anda bicara soal kebebasan. Tapi di Iran homoseksual
dilarang, anak gadis dilarang main ski. Kebebasan macam apa ini?”
Ahmadinejad menjawab, “Anda mencampuradukkan beberapa hal sekaligus.
Anak gadis dilarang main ski di Iran? Siapa yang memberitahu itu pada Anda?
Inilah pertama kali saya mendengarnya, itu pun dari Anda.” (Ahmadinejad tertawa di akhir
kalimatnya)
Ketika dikejar soalan homoseksual (Morgan menanyakan, ‘Anda percaya
bahwa ada manusia yang dilahir sebagai homoseks?’), Ahmadinejad
menjawab, “Masalah di dunia ini jauh lebih besar daripada masalah apakah
seorang gadis boleh main ski atau tidak…[lalu bercerita tentang
kemiskinan di Amerika Syarikat, penjajahan, dll]
Morgan terus mengejar, Ahmadinejad tak jua terpancing, dan akhirnya
host CNN itu bertanya, “Kalau anak Anda ternyata homoseks apa yang akan
Anda lakukan?”
Tanpa terpancing emosi, Ahmadinejad bicara soal perlunya pendidikan
yang tepat dan sistem politik yang harus direformasi [demi mengatasi
masalah homoseksual]. Beliau menegaskan “Meskipun Anda atau kelompok Anda menganggap perilaku buruk itu sebagai sesuatu yang baik,
Anda tidak boleh memaksa negara-negara lain atau kelompok lain untuk
memberikan pengakuan yang sama. “
Terakhir, Morgan bertanya, “Berapa kali dalam hidup Anda, Anda jatuh cinta?”
Ahmadinejad menjawab sambil tertawa, “Saya mencintai semua manusia. Tentu saja yang paling saya cintai adalah keluarga saya.”
Morgan yang sepanjang wawancara terlihat tegang, kali ini tertawa lebar dan menyebut jawaban Ahmadinejad sebagai ‘best answer’.
Tak heran bila David Ignatius juga menyebut Ahmadinejad sebagai sosok
yang punya kepercayaan diri tanpa henti (unrelenting self-confidence)
dan menurutnya, inilah penyebab Ahmadinejad selama ini mampu bertahan di
tengah kerencaman politik dalam dan luar.
Sumber asal artikel Dina Y. Sulaeman
*Pakar Hubungan Internasional Universiti Padjadjaran, Research Associate Global Future Institute
No comments:
Post a Comment