Sunday, May 10, 2009

Aku - Saya - I - Wo - Ana - Teman - Adalah keAkuan

Pemuda dan pemudiku....

Pemahaman terhadap keMahakayaan Allah swt adalah wajib hukumnya, sebagaimana wajib memahami manusia adalah 'fakir'. Jika manusia memahami dirinya 'fakir' niscaya tidak akan timbul egoisme dalam diri mereka.

Jiwa kefiraunan ada pada diri kita semua. Jika tersedia sahaja tapak yang baik untuk tumbuhnya jiwa kefiraunan pada diri manusia niscaya kebanyakkan manusia akan mengatakan, "Saya adalah Tuhanmu yang paling tinggi", kecuali orang yang mampu menghancurkan sifat egoismenya.

Jika sahaja tersedia kesempatan bagi tokoh-tokoh zalim di atas muka bumi sekarang ini untuk mengatakan "Saya adalah Tuhanmu yang paling tinggi", niscaya mereka akan mengatakannya.

Tapak dan kesempatan telah tersedia bagi firaun, maka oleh kerana itu dia mengatakannya ayat tersebut. Demikian juga halnya dengan kita. Seandainya tersedia peluang dan kesempatan bagi kita, niscaya kita akan mengatakan kepada orang yang lebih bawah dari kita "Saya adalah Tuhanmu yang paling tinggi".

Meskipun sekarang kita belum mampu mengatakan kata-kata itu, namun kita telah memulainya dengan cara memuji-muji diri kita, isteri dan anak-cucu kita. Yang kadang-kadang ayat tersebut cukup manis kita rasakan ketika mengeluarkannya, tetapi amat menjengkelkan bagi manusia lain yang mendengarnya.

Semuanya bermula bila kita mengatakan "Saya", "Ana", "Aku", "I", "Wo", "Teman" atau apa sahaja yang menggambarkan keakuan dan inilah ucapan yang akhirnya akan menuju kepada ucapan "Saya adalah Tuhanmu yang paling tinggi".

Semoga kita semua dapat mengelak dari memuji-muji diri sendiri, kerana yang demikian adalah sifat yang buruk. Siapa sahaja yang memuji-muji dirinya niscaya dia akan merugi sebesar ukuran dia memuji-muji dirinya. Jika kita ingin menapak kedudukan yang lebih tinggi maka kita harus menapaknya dengan ketawadhukan.

Dalam sebuah riwayat dinukilkan, "Sesiapa yang sombong maka Allah swt akan menghinanya, dan sesiapa yang tawadhuk maka Allah swt akan memuliakannya."

Kebanyakkan sifat-sifat buruk bersumber dari sifat egoisme. Namun amat disayangkan kebanyakkan manusia tidak mampu menghancurkan sifat egoisme itu. dan oleh itu mereka melakukan dosa-dosa dalam kehidupan ini. Apabila seorang manusia mampu menghancurkan sifat egoismenya maka dia akan mampu memahami dirinya.

Saidina Ali KaramalLah Wajhah pernah berkata, "Aku merasa hairan dengan anak Adam, yang permulaannya adalah air mani dan akhirnya adalah bangkai, serta dia hidup antara keduanya dengan mengusung bekas tahi, namun dia sombong"

Sesunguhnya doa dan munajat kepada Allah swt mencabut akar-akar egoisme dalam diri manusia. Di dalam doa dan munajat kepada Allah swt, mula-mula manusia melihat dirinya lemah dihadapan Allah swt, dan apabila dia meminta sesuatu kepada Allah di dalam doanya, maka disitu beerti dia telah menetapkan keMahakayaan mutlak milik Allah swt dan sekaligus kefakiran mutlak dirinya.

Apabila manusia bermunajat dan berdoa dengan benar-benar menghadirkan dirinya kehadapan Allah swt, pada saat itu dan selepas itu orang tersebut sewajarnya tidak lagi akan memuji-muji dirinya dihadapan orang yang sedang berbicara dengannya.

Sebuah kisah tauladan,

Seorang raja meminta nasihat kepada salah seorang yang ariff.

Lalu orang yang ariff pun bertanya kepada raja, "Jika anda kehausan, dan Anda hampir mati kerana kehausan, apa yang sanggup anda berikan untuk dapat minum air?".

Raja menjawab, "Saya akan memberikan setengah dari kerajaan dan kekuasaan saya."

Ariff itu kembali bertanya, "Jika air yang anda minum itu tertahan di dalam badan anda, apakah yang sanggup anda berikan supaya air kencing anda dapat keluar?"

Raja itu menjawab, "Saya akan memberikan setengah dari kerajaan dan kekuasaan saya yang masih tersisa."

Mendengar jawaban itu ariff itu berkata, "Jadi, tidak ada alasan bagi anda untuk merasa bangga dengan kekuasaan anda yang nilainya sama dengan segelas air yang anda minum dan kemudian anda keluarkannya pula."

Kata-kata "Saya", "I", "Ana" dan sebagainya yang bersifat keakuan banyak sekali dijumpai di tengah-tengah masyarakat, baik dikalangan lelaki mahupun kalangan wanita. Sesungguhnya itu adalah ciri-ciri kefiraunan yang mula tumbuh dalam diri manusia.

Semoga dengan doa serta munajat kepada Allah mampu menghilangkan kata-kata kefiraunan itu dari diri kita.

Selamat Bermuktamar

No comments: