Beberapa hari telah berlalu ketika Rasulullah saw terpaksa berperang
dengan musuh Islam. Dalam perang kali ini, musuh Rasulullah saw ialah
sekelompok kaum Yahudi yang mempunyai niat buruk terhadap Rasulullah saw sehingga
memaksa Rasulullah saw untuk berperang dengan mereka.
Tentara umat Islam pada
saat itu berhadapan dengan kesulitan bahan makanan dan tengah merasakan
kelaparan.
Dalam keadaan seperti ini, beberapa orang
tentara Muslim berbicang-bincang di antara mereka. Salah seorang dari
mereka berkata, "Semoga Rasulullah saw sedang memikirkan jalan keluar. Kelaparan
ini boleh menyebabkan sebahagian dari kita akan menyerah."
Yang lain menjawab, "Kelaparan dan kehausan merupakan hal yang lumrah
dalam perang. Tetapi benar seperti katamu, kali ini keadaan kita amatlah
berbeda, sudah tentu Rasulullah saw memikirkan jalan keluar. Namun, alangkah
baiknya kita bersabar dan tidak meninggalkan Rasulullah saw sendirian dalam masa
yang amat genting ini."
Di satu tempat yang tak jauh
dari medan perang, di padang yang penuh dengan kehijauan dan keindahan,
seorang penggembala Yahudi membawa kambing-kambingnya keluar untuk
makan. Selama beberapa waktu, dia telah mendengar hakikat Islam yang
membuat hati dan jiwa penggembala muda ini dipenuhi oleh panggilan
Islam. Penggembala Yahudi itu berkata kepada dirinya sendiri, "Akhirnya
sebagian orang yang keras kepala membuat perang ini terpaksa terjadi. Mungkin saat dan ketika ini waktu yang tepat bagiku untuk menemui
Rasul dan mendengarkan hakikat agama ini dari kata-katanya sendiri."
Sejenak penggembala muda ragu-ragu, tidak tahu apa yang harus
dilakukan. Apakah masuk akal baginya jika dia pergi ke tengah-tengah
pasukan Islam dan melakukan pertemuan dengan Rasul, ataukah sebaiknya
dia tinggal saja di antara kabilahnya dengan menanggung kegelisahan
jiwa. Setelah beberapa saat duduk berpikir, akhirnya dia bangun menjawab
panggilan hatinya dan bergerak ke arah tentara Muslim.
Tentara muslim yang sedang sibuk melakukan pengawasan, melihat sebuah
sosok menghampiri dari kejauhan. Penggembala itu datang kian mendekat.
Dia melangkah dengan hati-hati dan tangannya diangkat sebagai tanda
menyerah. Dari kejauhan dia berteriak, "Wahai sahabat, bersabarlah. Aku
hanyalah seorang penggembala. Aku telah meninggalkan kabilahku karena
aku tertarik kepada agama kalian serta ingin bertemu dengan nabi kalian.
Bawalah aku menemuinya."
Salah seorang dari tentara
Muslim berkata, "Dapatkah kita percaya dengan kata-katanya?" Tentara
yang lain menjawab, "Tampaknya dia bukan seorang penipu." Akhirnya
tentara Muslim dengan penuh waspada menerima penggembala Yahudi itu dan
berita mengenai kedatangannya sampai kepada Rasulullah saw. Penggembala
Yahudi itu memperhatikan bahwa tentara muslim sedang berada dalam
kekurangan makanan. Dia berpikir, bila ia menjadi Muslim, ia akan
membawakan kambing-kambingnya untuk tentara Muslim.
Ketika bertemu dengan Rasulullah saw, penggembala itu amat terkesan dengan
pandangan Rasulullah saw yang tajam namun penuh kelembutan. Rasulullah saw
berkata kepadanya, "Apa yang ingin kau sampaikan padaku, wahai anak
muda?" Pengembala Yahudi menjawab, "Telah lama aku memikirkan agama
kalian ini. Tuhan yang kalian sembah, adalah Tuhan yang aku cari sejak
kecil. Aku mendengar tentang agamamu sebagai agama persahabatan, kasih
sayang, persaudaraan dan persamaan. Mereka mengatakan bahwa Anda adalah
pembantu orang-orang tertindas dan musuh orang-orang zalim. Aku mendengar
bahwa engkau sedemikian pengasihnya sehinggakan semua orang yang
tertindas merasakan ketenangan dan ketenteraman di bawah naunganmu. Dari
senyuman yang senantiasa mengiringi kata-katamu, seolah-olah pada masa
yang singkat ini, semua hakikat itu telahku lihat dengan mataku
sendiri."
Ketika Rasulullah Saw melihat semangat dan
gelora penggembala Yahudi itu, beliau paham bahwa hati anak muda
tersebut telah siap menerima rahmat Ilahi. Rasulullah saw menyampaikan
hakikat Islam kepada anak muda Yahudi itu dengan kalimat yang menarik
dan penuh kelemah lembutan. Saat itu juga, anak muda itu melafazkan dua
kalimah syahadah dan menjadi seorang Muslim.
Kemudian,
penggembala itu berkata, "Wahai Rasulullah saw, tentaramu tidak mempunyai
makanan yang cukup. Saat ini, aku sedang menggembala kambing-kambing
tuanku di sebuah padang rumput yang tak jauh dari sini. Kini hubunganku
dengan tuan pemilik kambing itu telah terputus. Aku ingin membawa
kambing-kambing itu untuk tentaramu agar mereka tidak lagi kelaparan."
Rasulullah bangun berdiri dan di hadapan pandangan ratusan tentara yang
kelaparan, beliau menjawab, "Wahai anak muda, ketahuilah bahwa dalam
agama Islam khianat merupakan salah satu dari kesalahan yang besar.
Pergilah engkau ke kabilahmu dan kembalikan kambing-kambing itu kepada
pemiliknya." Si penggembala muda merasa sungguh terpesona terhadap
kesetiaan Rasul kepada akhlak Islami. Dia menaati perintah Rasul itu dan
kemudian bergabung dengan barisan umat Islam.
Sumber di sini
No comments:
Post a Comment