Thursday, November 3, 2011

Demokrasi Religius Satu Wacana Baru Yang Perlu Diperhatikan

Pemimpin Spiritual Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, rakyat Iran selama 32 tahun telah berhasil dan keluar dari berbagai rintangan. Bahkan di masa depan, rakyat Iran pasti akan menang dan meraih kemuliaan dalam mengatasi semua rintangan yang menghadang. Ditambahnya, kemenangan itu diraih berkat perjuangan, tawakkal, dan kearifan rakyat negara ini.



Dalam pertemuan pada, hari Rabu 2 Nov 2011, dengan ribuan pelajar dan mahasiswa di Tehran, menilai peristiwa rampasan Kedutaan Amerika Syarikat di Tehran pada 4 November 1979, merupakan pelajaran revolusi Islam dan ma'unah yang lahir dari tawakkal kepada Allah swt, yang diiringi perjuangan penuh kearifan demi tercapainya satu tujuan.

Pertemuan itu diadakan menjelang 4 November, yang ditetapkan sebagai Hari Nasional Melawan Keangkuhan Dunia. Ayatullah Khamenei menilai peristiwa 4 November sebagai hari "Ayamullah". Ditambahnya, "Peringatan peristiwa besar dan agung dalam sejarah revolusi Islam merupakan kesempatan untuk merenung kembali guna mengenal jalan yang benar dan rencana ke depan berdasarkan analisa yang tepat dari peristiwa bersejarah itu."

Pada kesempatan itu, Ayatullah juga menilai keistimewaan peristiwa 4 November sebagai buah dari tawakkal kepada kekuasaan Allah Swt dan perjuangan yang diarah dengan kearifan untuk mencapai tujuan-tujuan mulia. Ditegaskannya, "Peristiwa 4 November, yang secara lahir tidak mungkin terjadi, merupakan hasil dari tawakkal Imam Khomeini kepada kekuasaan Allah Swt dan istiqamah beliau dalam pengasingan."

Seraya menyinggung bahwa pemerintah Islam Iran aktif berperanan di semua sektor, Rahbar menuturkan, "Salah satu contoh dari peranan Republik Islam Iran adalah memberikan wacana politik baru kepada dunia dengan nama "Demokrasi Religius." Menurutnya, dari sisi landasan pemikiran dan akidah, demokrasi religius sangat kuat dan dari sisi keilmuan ia telah dapat diaplikasi dan progresif."

Ayatullah menambahkan, musuh sangat ketakutan akan penyebaran fahaman yang kuat ini. Para musuh juga mengkhawatirkan demokrasi religius akan dijadikan sebagi ikutan dunia. Oleh sebab itu, walaupun di tengah krisis dan memuncaknya aksi protes di Wall Street New York, pemerintah Amerika terus berusaha dengan berbagai senario, menuduh Republik Islam Iran melakukan aksi teroris. Namun, bagi seorang pemikir, dia akan mentertawakan senario menggelikan Washington yang anti-Tehran serta menolaknya.

Seraya menyinggung kemaraan gerakan Wall Street dan tekanan terhadap Iran sebagai senario buatan Amerika, Ayatullah menegaskan, "Mereka berniat menuduh Iran sebagai pelaku keganasan. Padahal hari ini, kepala pengganas sebenarnya adalah Amerika."

"Rakyat Timur Tengah dan dunia telah melihat dengan jelas dualisme Amerika dan Barat di Mesir, Tunisia dan Libya. Dualisme Washington akan terlihat dengan jelas pula di tempat lain," tambah Alo Khamenei.

Pada bagian akhir pidatonya, Rahbar menilai bahwa Iran merupakan titik gerakan yang telah dimulai di kawasan dan dunia. Oleh sebab itu, Amerika berusaha mencegah gerakan maju dari titik tersebut dengan cara melunturkan harapan rakyat, khususnya para pemuda dan pentadbir. Namun, para pemuda dan pentadbir negara dengan tawakkal kepada Allah Swt, harapan dan kekuatan berlipat ganda, berdiri tegak melawan konspirasi itu.

No comments: