Thursday, April 1, 2010

Model Ekonomi Islam (MEI) Dari Kacamata Syed Ali Khamenei

Pemuda dan pemudiku...

Sengaja aku menyusun semula padangan Syed Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran untuk menjadi petunjuk kepada umat Islam di rantau ini yang telah, sedang dan akan memperelohi kekuasaan memerintah samada negara, negeri ataupun daerah. Malah dalam entiti yang lebih kecil iaitu keluarga bagaimana mengambil Islam dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Lebih-lebih lagi apabila Model Ekonomi Baru yang di war-warkan oleh Mohd Najib baru-baru ini telah diperkenalkan maka tulisan di bawah diharap dapat dijadikan perbandingan.

Sudah 30 tahun lebih, beliau dan rakyat Iran dihimpit dengan berbagai tekanan oleh kuasa besar melalui sekatan ekonomi, pemulauan, serangan media, bahkan melalui peperangan, namun mereka mampu bertahan dan sekarang kelihatan sudah mampu berdikari dalam berbagai bidang kehidupan rakyatnya.

Perhatikanlah kupasan yang dibuat oleh Syed Ali Khamanei bagaimana beliau serta pemerintah negaranya meletakkan Islam dihadapan dengan memasukkan unsur-unsur spritual dalam bidang ekonomi yang mungkin dirasakan anih serta pelik oleh kebanyakkan pemerintah umat Islam dinegara umat Islam sekarang ini, hatta dari aliran pengajian Islam sekalipun masih tercari-cari bagaimana dan dimana Islam akan diletak secara realiti, yang boleh diperkata dalam dalam bentuk teori namun bila datang dalam bentuk praktikal ianya seolah mengalami kebuntuan. Maka akhirnya acuan yang tidak Islam yang telah sebati dalam pengamalannya juga yang diteruskan.

Berikut adalah kupasannya.

Bab 1: Syarat Kejayaan Pembangunan Ekonomi

Segala langkah di bidang pembangunan ekonomi dan kemakmuran negara hanya akan berjaya jika ianya bermula dari konsep-konsep Islam dan berjalan dalam rangka mengukuhkan cita-cita dan norma-norma Islam. Jika ini dipatuhi, maka gerakan pembangunan dijamin akan menjadi gerakan yang konkrit dan negara tidak akan terperosok ke dalam kubang utopia pembangunan, dilema kebergantungan, korupsi, dan aktiviti tidak berakhlak.

Islam dan Pembangunan Ekonomi

Islam menjanjikan kemerdekaan dan kebebasan kepada semua bangsa, baik kebebasan dalam lingkup kehidupannya sendiri iaitu, kebebasan dari penguasa tirani, kebebasan dari kebodohan, kebebasan dari fanatisme buta, maupun kebebasan dari hegemoni kekuatan raksasa ekonomi dan politik global. Islam menjanjikan kesejahteraan dan kemajuan ekonomi yang harmoni dengan keadilan. Islam sama sekali tidak menawarkan kemajuan ekonomi yang menimbulkan atau menambah kekacauan di tengah masyarakat. Kaedah perekonomian yang diterapkan dan dijajakan Barat kepada khalayak dunia adalah kaedah yang terbukti telah menjadikan pihak yang lemah sebagai tempat pijak untuk mengangkat kesejahteraan hidup pihak yang kuat. Kaedah ini jelas tidak diterima oleh Islam. Islam mendorongkan kesejahteraan ekonomi yang sinonim dengan keadilan, kebaikan, dan semangat persaudaraan.

Model Pembangunan Bercorak Pribumi

Model pembangunan di Republik Islam sepenuhnya mengacu kepada faktor budaya, sejarah keyakinan, dan keimanan masyarakat Iran sendiri sehingga menjadi model yang sepenuhnya bercorak pribumi dan khasnya Iran sendiri. Model ini tidak bercermin kepada pihak-pihak lain seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), negara berhaluan kanan maupun yang berhaluan kiri. Tapi perlu diingat bahwa berbeda antara memanfaatkan pengalaman orang lain, di satu sisi dan menjiplak atau menerima secara paksa model-model lain yang umumnya malah sudah tersingkirkan, di sisi lain.

Faktor Kebudayaan Dalam Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi memerlukan usaha optima di bidang kebudayaan. Keberadaan penkaji dan pakar sains akan sia-sia jika etos, naluri, dan kecintaannya kepada kerja tidak seperti yang tertanam pada sebuah lingkungan budaya yang sehat. Penyelesaiannya terletak pada dua hal; “etos kerja” dan “disiplin sosial”. Disiplin sosial ialah penerapan aturan dan tata tartib pada semua urusan. Pentadbir yang menjadi rujukan rakyat harus disiplin dalam berkhidmat kepada rakyat. Pekerja yang menjalankan tugas juga harus disiplin dalam melaksakan tugasnya. Dengan begitu, negara akan menjadi rancak dan kegiatan merekapun akan berjalan lancar.

Propaganda Anti Republik Islam Iran

Kekuatan-kekuatan kuasa besar dunia gemar memproganda anti Republik Islam. Hampir tidak ada hari yang berlalu tanpa ada propaganda kotor puluhan radio dan televisyen asing yang berusaha menyebar pandangan bahwa keadaan ekonomi Republik Islam sedang krisis dan menghadapi sakaratul maut. Ini benar jika krisis yang dimaksud ialah krisis bagi mereka sendiri. Ekonomi Iran bagi rakyat Iran terus berkembang, tapi menjadi krisis bagi kuasa besar yang serakah dan ingin menjarah aset dan kekayaan Iran. Rakyat Iran terus bekerja untuk membangun negerinya sendiri, negeri yang pada era dinasti Pahlevi maupun Qajar tidak bernah berani berkata di depan negara-negara lain; “Saya ada, saya membangun, dan saya melaksanakan.” Iran saat itu pasrah total ditempatkan sebagai negara kelas tiga atau empat. Yaitu keadaan yang membuat para elit negara ini justru berbangga ria dengan menyondol-nyondol kepada kekuatan besar dunia; sekali waktu kepada Inggeris, kemudian kepada AS, dan sebelum itu kepada Rusia.

Antara Yang Cemas dan Yang Mengharapkan Kemakmuran

Kerinduan bangsa Iran sama besarnya dengan ketakutan dan kekhuatiran pihak musuh kepada pembangunan negara dan kesejahteraan masyarakat Iran. Dalam hal ini mereka juga mengetahui bahwa keberhasilan rakyat Iran mencapai kesejahteraan material dan spiritual akan menjadi motivasi bagi rakyat negara lain untuk meneladani rakyat Iran. Ini tak ubahnya dengan loceng kematian bagi cita-cita kaum imperialis dunia. Dan inilah yang memulakan kisah panjang perseteruan kekuatan kuasa besar dunia terhadap Republik Islam Iran. Pencerobohan tentera Irak, sekatan ekonomi, propaganda kotor media massa dunia yang bersekongkol dengan Zionisme, dokongan kepada kelompok-kelompok penentang revolusi Islam Iran, baik dari kelompok kanan maupun kiri semisal Munafikin Khalq (MKO), semua ini tak lain disebabkan oleh kekecewaan musuh terhadap cerahnya masa depan perjuangan rakyat Iran.

Kewajipan Rakyat Iran

Jika Iran ingin menjadi negara yang makmur dan sentosa, maju dalam semua bidang, terhormat secara politik, aman dari segi sosial dan pekerjaan, maju dalam sains di satu sisi serta cemerlang dalam spiritual di sisi lain, maka ada dua hal yang harus diperhatikan sebagai kewajiban bagi seluruh komponen rakyat, khususnya kalangan terdidik. Dua hal ini merupakan kewajiban bagi kita semua, termasuk yang berkerja sebagai petani, industri, buruh, pelajar, mahasiswa, guru, budayawan dan kerohanian. Pertama ialah berkerjasama dalam usaha pembangunan negara. Kedua ialah berusaha membangun mentaliti diri sendiri. Allah Swt berfirman;

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS.24.31)

Keberuntungan sangat bergantung kepada kearifan masyarakat untuk selalu mengingat Allah Swt dan rajin berdoa kepadanya. Usaha fizikal semata-mata tidaklah mencukupi.

Membangun Faktor Percaya Diri

Rasa percaya diri adalah salah satu norma Islam yang harus dimiliki oleh setiap pentadbir dan pimpinan di Iran. Tanpa ini, asas pembangunan akan goyah. Semua pentadbir yang bekerja di bidang masing-masing harus percaya diri dan memupuk keyakinan bahwa Islam dan seluruh komponen rakyat negara ini mampu membawa negara ini ke puncak kejayaan. Ini penting karena sebagian pentadbir atau pekerja yang bekerja di bidang-bidang ekonomi, kebudayaan, dan lain sebagainya boleh jadi terpengaruh oleh analisis-analisis yang dikemukakan di sesebuah jurnal ilmiah oleh pihak-pihak lain yang diantaranya mungkin seorang pemikir atau penulis upahan. Bukan tidak mungkin analisis-analisis itu mengusik rasa percaya diri pekerja sehingga pesimis terhadap progam-program yang sudah dilancarkan berdasarkan realiti yang ada.

Tenaga-tenaga yang baru datang, termasuk dari kalangan yang baru menyelesaikan proses pengajian, harus memiliki dan menjaga spirit kepercayaan bahwa mereka mampu menyelesaikan semua persoalan negara dengan motivasi dan pikiran sendiri. Tak perlu mencedok pernyataan-pernyataan para kolumnis atau analis asing bahwa Iran harus begini dan begitu supaya dapat menggerakkan roda pembangunan dan mengatasi problem ekonomi. Memang, wacana ilmiah di mana saja dan dikemukakan oleh siapa saja layak untuk disemak sebagai sumber ilmu, tapi jangan terus ditelan mentah-mentah dan diterapkan tanpa diperbahaskan terlebih dahulu dengan kondisi negara.

Aib-Aib Ekonomi di Era Pembangunan

Adalah sesuatu hal wajar apabila di era pembangunan terlihat berbagai titik aib perekonomian. Ini biasa terjadi di mana saja. Inflasi meningkat dan menekan daya beli masyarakat. Untuk mengatasi keadaan ekonomi dalam pengertiannya yang lebih spesifik ini harus ada tindakan proaktif dan berlapis dari pemerintah. Inflasi, misalnya, harus mendapat penanganan tersendiri, kekuatan moneter nasional harus dikawal dengan pegurusan yang optimal dan langkah-langkah yang sangat proaktif. Semua usaha infrastruktur yang ada dalam jangka panjang tentu akan membuahkan hasil. Tapi jangan sampai ada kesan menunggu terlalu lama dan tidak peduli terhadap cara-cara baru yang dapat mempercepat proses penyembuhan ekonomi. Nilai mata wang nasional adalah kunci untuk banyak persoalan negara, sebab menurunnya daya beli masyarakat lapisan bawah dan melemahnya kemampuan mereka dalam memenuhi keperluan hidupnya banyak berkaitan dengan faktor ini.

Risiko Era Pembangunan

Di era pembangunan, risiko kecenderungan duniawi meningkat. Di era ini, proses penghimpunan kekayaan akan terjadi sebagai penerusan dari kuatnya kesungguhan kerja. Era pembangunan bahkan kenali dengan era penghimpunan kekayaan, peningkatan aktiviti perekonomian, atau era dimana pintu akan selalu terbuka bagi setiap orang yang giat berusaha. Di era demikian, mereka yang mengutamakan kepentingan pribadinya daripada kepentingan negara, rakyat dan revolusi akan lebih berpeluang untuk berperilaku glamor, serakah, dan oportunis. Era pembangunan adalah era perjuangan menggapai kemakmuran dan kemajuan rakyat dan negara. Tapi di saat yang sama, era ini boleh menjadi momentum yang sangat menjanjikan bagi mereka bermental lemah untuk bergaya hidup elitis, glamor, tamak, dan berani terlibat dalam perlakuan penyalahgunaan di bidang ekonomi. Karena itu, semua pihak harus waspada, baik pemerintah maupun masyarakat awam.

Bab Kedua: Faktor-Faktor Penunjang Pembangunan Ekonomi

Kerja Keras

Semua tenaga pekerja harus boleh menemukan ruang dimana mereka bekerja adalah dalam rangka membangunkan negara, menggairahkan perekonomian rakyat, dan menghasilkan produk-produk bermutu. Rasulullah bersabda:

رَحِم ‌َاللهُ اِمْرَءأً عَمِلَ عَمَلاً فَأَتْقَنَهُ

“Rahmat Allah atas orang yang bekerja dengan maksima.”

Allah Swt merahmati orang yang bekerja benar dan maksima. Para perkerja harus dapat bekerja dalam bentuk yang paling optima. Mereka harus menjaga keyakinan bahwa kerja keras mereka tercatat di sisi Allah Swt, walaupun seandainya mungkin pentadbir negara maupun swasta terkurang perhatian terhadap mereka atau tidak memberi mereka upah yang lebih layak. Perlu diingat jerih payah kaum pekerja mesti lebih dihargai dan ditunjang dengan upah yang lebih layak. Namun, harus selalu diingat pula bahwa kerja keras mereka adalah kebajikan di sisi Allah Swt.

Nilai Kerja Dalam Budaya Islam

Literatur Qurani dan Islami menjunjung tinggi nilai amal dan pekerjaan manusia. Amal salih yang sering disebut dalam Al-Quran juga meliputi kegiatan-kegiatan di perusahaan atau di kawasan pertanian. Artinya, pekerjaan yang dilakukan seorang pekerja dengan hati nurani, rasa tanggungjawab, kesungguhan, kreativiti, dan dengan niat memenuhi keperluan hidup keluarga juga tercatat sebagai amal salih yang disebut dalam ayat;

الَِّا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ

“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih.” (QS.103.2-3)

Adakah yang lebih baik dari ini? Seorang bekerja untuk memperoleh pendapatan demi memenuhi kebutuhan hidup namun di saat yang sama pekerjaannya tergolong sebagai amal salih yang di dalam al-Qur’an disandingkan dengan keimanan.

Peranan Kerja Bagi Pembangunan Ekonomi

Dalam pembangunan ekonomi kesungguhan kerja harus ditingkatkan. Pembangunan tidak akan terlaksana tanpa kerja keras. Pembangunan juga tidak akan berjalan tanpa kemahiran . Kemahiran adalah satu tiang utama. Kerja yang dilakukan tidak dengan sepenuh hati dan tanpa kecekapan, keseriusan, dan kesediaan untuk menanggung beban yang berat tidak akan dapat disandarkan untuk menyelamatkan negara. Tanpa semua itu, pekerjaan tidak mungkin menghasilkan pencapaian target yang diinginkan. Rakyat Iran kini sedang memperjuangkan independen ekonomi negara; kebebasan dari kebergantungan kepada minyak. Rakyat kita sedang mengatur perekonomian supaya turunnya harga minyak tidak mempengaruhi suasana dalam negeri. Bagaimana caranya? Yang jelas, harapan untuk dapat bebas dari kebergantungan pada minyak tidak mungkin akan tercapai tanpa peningkatan semangat kerja kuat.

Pekerja

Kemulian Kaum Pekerja

Sesuai dengan tradisi Islam dan sosial kita, kata pekerja adalah kosakata yang mulia. Pekerja memiliki kemuliaan tersendiri. Pekerja adalah orang yang bekerja demi kemerdekaan rakyat dan kejayaan negara. Ini harus diyakini sepenuhnya oleh masyarakat kita. Kita semua harus tahu betapa pentingnya peranan pekerja bagi negara. Beban utama kegiatan produksi ada di bahu kaum pekerja. Pekerja adalah identiti yang mencakup semua orang yang bekerja demi kemajuan negara, demi pengembangan produksi dalam negara, demi perbaikan keadaan dalam negara Dalam masyarakat Islam, para pemimpinnya menghormati kedudukan kaum pekerja bukan sebatas retorika dan basa-basi belaka. Di dunia tentu tak sedikit orang yang menyatakan respek terhadap kaum pekerja. Namun, berbeda antara orang yang menjadikan pernyataan ini sebagai slogan untuk mendapatkan simpati publik di satu pihak dan orang yang menyatakan demikian karena keyakinan bahwa bekerja keras adalah salah satu bentuk amal salih dan memiliki keutamaan spiritual di pihak lain. Logika Islam memandang kerja keras yang dilakukan pekerja sebagai ibadah kepada Allah Swt.

Kewajiban Negara Terhadap Kaum Pekerja

Kewajiban utama pemerintahan Republik Islam terhadap kaum pekerja, yaitu elemen yang paling berperanan dalam produksi dan pengelolaan ekonomi negara, ialah menjaga dan memperhatikan hak-hak kemanusiaan dan keagamaan mereka. Keadaan kaum pekerja secara material maupun spiritual harus membaik. Dengan penerapan Undang-Undang yang efisien dan pengembangan lapangan kerja, di tengah masyarakat Iran jangan sampai ada orang yang miskin. Perbaikan keadaan pekerja yang merupakan salah satu kalangan tertindas (mustadh’afin) di tengah masyarakat harus diutamakan dalam agenda pembangunan ekonomi. Jika keperluan kaum pekerja dipenuhi mereka tentu akan dapat bekerja dengan lebih baik.

Nilai Pekerja di Tengah Masyarakat

Kemerdekaan negara bergantung pada kerja. Negara dan rakyat manapun tidak akan berjaya jika terbeban oleh pengangguran, kemalasan, dan minimanya perhatian kepada pekerjaan. Boleh terjadi suatu negara dan bangsa tertolong atau bahkan terlihat sejahtera berkat satu sektor pendapatan tertentu, tapi tidak boleh meraih kemerdekaan sejati. Kehormatan suatu rakyat terletak pada kemerdekaanya, dan kemerdekaan tidak dapat dicapai tanpa usaha dan kerja keras. Inilah nilai kerja keras dan dengan kaca mata ini pula pemerintahan Islam menghargai kerja keras dan meyakini bahwa mencium tangan buruh kontrak adalah perbuatan yang berpahala. Mencium tangan buruh kontrak adalah perbuatan yang benar dan mulia, karena mencium tangan buruh kontrak adalah satu penghormatan kepada tenaga yang menunjang kemerdekan rakyat dan negara. Inilah keagungan nilai kerja keras.

Kerja Menurut Logika Kapitalisme, Sosialisme, dan Islam

Dalam fahaman negara-negara kapitalis, pekerja tidak lebih dari sekedar alat yang bekerja untuk melayani taukeh. Dalam doktrin kapitalisme -yang sudah runtuh meskipun selalu diletak dakwaan kepedulian kepada nasib pekerja – terjadi konflik serius antara pekerja dan pengusaha. Konflik ini lantas mendorong para penganut sistem kapitalis selalu mengaku sebagai penyantun kaum pekerja agar mereka tetap selesa. Di saat yang sama, sistem sosialis yang diterapkan di Uni Soviet juga sarat dengan praktik penghamburan harta dan korupsi atas nama pekerja dan dengan label membela kaum pekerja. Keduanya sama-sama menerapkan pola berpikir paradoks.

Islam, pemerintahan Islam, dan Republik Islam tidak menerima kedua pola ini. Islam meyakini keharusan adanya dua faktor; pertama faktor mengadakan sektor-sektor kerja dan lapangan kerja; kedua, faktor ketersediaan tenaga kerja. Kedua faktor ini harus sinergi. Peranan pemerintah ialah membuatkan garis sinergi antara keduanya secara proporsional supaya tidak ada pihak yang dirugikan oleh pihak lain. Masyarakat akan sehat dan ikhlas satu sama lain. Tidak akan ada budaya borjuisme, glamorisme, dan lain sebagainya, dan tidak ada pula kalangan yang menjadi lemah lantaran ketamakan kalangan lain. Inilah logika yang diusung oleh pemerintah Republik Islam Iran.

Kaum Perempuan

Peranan Kaum Wanita di Era Pembangunan

Sumber daya manusia adalah faktor yang paling diperlukan di era pembangunan negara Islam, era dimana rakyat dan para pemimpinnya sama-sama mengharapkan tercapainya pembangunan sejati, baik secara material, sosial maupun spiritual, bagi Iran yang besar ini. Sebuah negara jika ingin mencapai pembangunan harus mengutamakan perhatiannya kepada sumber daya manusia. Dan ketika kita memperhatikan sumber daya ini maka kita akan melihat realiti bahwa separuh penduduk negara kita atau setengah dari sumber daya manusia kita adalah kaum hawa. Jika kita salah persepsi terhadap kaum wanita maka jangan harap akan mencapai pembangunan dalam pengertiannya yang utuh dan holistik.

Kaum wanita sendiri harus benar-benar mengetahui pandangan Islam tentang wanita supaya mereka dapat membela hak-hak mereka sepenuhnya dengan berlandaskan pandangan agama yang agung ini. Seluruh anggota masyarakat dan kaum lelaki juga harus memahami pandangan Islam tentang peranan dan penyertaan wanita di berbagai bidang kehidupan rumah tangga maupun di luar rumah tangga, termasuk pendidikan, pekerjaan, aktivitas sosial, politik, ekonomi, dan sains. Sebagaimana lelaki Muslim, wanita Muslimah juga berhak memenuhi tuntutan zamannya untuk mengisi kekosongan dan memenuhi tanggungjawab yang dirasa harus dipenuhi oleh kaum perempuan. Pintu gelanggang terbuka lebar untuk wanita yang, misalnya, ingin melibat di bidang kesehatan, melakukan aktiviti ekonomi, bekerja di bidang-bidang sains, mengajar di universiti, terlibat dalam aktiviti politik, dan terjun ke dunia kewartawanan. Namun, semua ini tentu dengan syarat kehormatan perempuan (‘iffah) terjaga dan tidak terusik oleh pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan. Tradisi dan literatur Islam mendukung penglibatan kaum wanita. Tanggungjawab sosial adalah bagian dari kewajiban Islam dimana kedudukan kaum lelaki dan wanita setara. Kaum perempuan juga harus ikut bertanggungjawab dan mementingkan urusan masyarakat, umat, dan Dunia Islam serta segala urusan yang mewarnai dunia, sebab ini merupakan kewajiban dalam Islam.

Aktiviti Ekonomi Kaum Wanita

Dalam perspektif Islam, pintu bagi kaum perempuan terbuka lebar untuk ikut menjalani aktiviti di berbagai bidang keilmuan, ekonomi, dan politik. Menyisihkan kaum perempuan dari aktiviti keilmuan, perekonomian, politik, dan sosial dengan nama syariat Islam adalah tindakan yang justru melencong dengan hukum Allah Swt. Perempuan boleh melibatkan dirinya secara maksimal dalam berbagai aktiviti itu selagi kemampuan fisiknya mendukung, keperluan dan kewajipan-kewajipan yang lain dipenuhi. Tentunya karena soal faktor fisik, pelimpahan pekerjaan berat kepada perempuan adalah tindakan zalim. Syariat Islam tidak melarang mereka dan tidak pula menganjurkan mereka untuk tidak terlibat. Tapi tentu ada penuturan penting yang harus diingat dari Saidina Ali bin Abi Thalib r.a. Beliau berkata;

اَلْمَرْأَةُ رَيْحَانَةٌ وَ لَيْسَتْ بِقَهْرِمَانَةٍ

“Perempuan adalah bunga dan bukan pelayan.”

‘Qahraman’ dalam riwayat itu bermakna pelayan terhormat. Kalimat Saidina Ali r.a ini ditujukan kepada kaum lelaki supaya menyadari bahwa perempuan di dalam rumah adalah ibarat kembang yang harus diperlakukan dengan lembut dan jangan diperlakukan seperti pelayan yang dapat dipaksa melakukan pekerjaan-pekerjaan berat.

Aktiviti Ekonomi Perempuan Menurut Syariat

Islam sama sekali tidak membedakan perempuan dan laki-laki dalam membolehkan mereka untuk melakukan berbagai aktiviti sosial termasuk di bidang ekonomi, politik, sosial dalam pengertiannya yang spesifik, keilmuan, pendidikan, perjuangan di jalan Allah, mujahadah dan berbagai bidang aktiviti kehidupan lainnya. Namun, tentu saja ada jenis-jenis pekerjaan yang tidak layak untuk perempuan karena tidak sesuai dengan bawaan fizikal dan karakter mereka, sebagaimana juga ada jenis-jenis pekerjaan yang tidak layak untuk laki-laki karena alasan yang sama. Tapi ini tidak ada kaitannya dengan soal apakah perempuan bisa terlibat dalam berbagai aktiviti sosial. Ini lebih bersangkutan dengan pembagian kerja sesuai kemampuan, antusiasme, dan karakter yang menuntutnya. Jika perempuan ingin memiliki antusiasme, maka dia bisa melakukan berbagai kegiatan sosial dan segala hal yang berkaitan dengan masyarakat.

Salah jika kita mengatakan bahwa Islam melarang perempuan terlibat dalam aktiviti ekonomi dan sosial. Islam tidak pernah menyatakan larangan demikian. Islam hanya tidak menganjurkan perempuan dilibatkan dalam pekerjaan-pekerjaan berat di bidang ekonomi, sosial, dan politik. Kaum lelaki juga salah jika mengatakan bahwa perempuan juga harus memiliki pekerjaan dan mata pencarian. Perempuan bekerja tidak menyalahi syariat, tapi syariat tidak menyarankan perempuan bekerja sebagaimana lelaki. Dalam hal ini Islam bersikap moderat. Artinya, Islam mempersilakan perempuan beraktiviti di bidang sosial, politik, atau ekonomi selagi ia memiliki kesempatan, tidak terhalangi oleh perawatan anak, dan memang memiliki minat serta kemampuan fizikal dan mental untuk melakukan aktiviti tersebut. Tapi Islam menolak anggapan bahwa perempuan juga harus bekerja sedemikian rupa supaya ia ikut terlibat dalam memenuhi keperluan kehidupan rumah tangga. Islam tidak menghendaki perempuan diperlakukan demikian, karena ini merupakan satu pemaksaan bagi wanita.

Dengan demikian, Islam menolak pemaksaan kaum perempuan terlibat dalam kegiatan keilmuan, ekonomi, sosial, dan politik, sebagaimana Islam menolak larangan terhadap wanita terlibat dalam semua kegiatan ini. Islam membolehkan kaum perempuan terjun ke gelanggang sosial, politik, dan terutama keilmuan.

Penjimatan

Manfaat Penjimatan Bagi Pengembangan Ekonomi

Jimat tentu bukan berarti tidak berbelanja, melainkan berarti berbelanja sesuatu sesuai keperluan, tidak berlebihan, efisien, dan bermanfaat. Sedangkan pemborosan dalam kewangan dan ekonomi ialah menggunakan harta tanpa ada manfaat dan hasil yang efisien. Menggunakan dana secara sia-sia dan berlebihan tak ubahnya dengan menghamburkan wang. Di tengah masyarakat harus ada neraca perbandingan antara produksi dan penggunaan. Dalam hal ini, volume produksi harus lebih tinggi dari tingkat penggunaan, dan kelebihannya akan digunakan untuk menunjang kebaikan keadaan negara.

Inilah sebabnya mengapa beberapa ayat suci Al-Quran sangat menekankan penjimatan. Pemborosan dapat mengusik perekomian dan kebudayaan. Ketika masyarakat diserang penyakit pemborosan, maka kesannya juga akan mengimbas budayanya. Atas dasar ini, penjimatan dan menghindari pemborosan bukan semata menyangkut masalah ekonomi, melainkan juga berkaitan dengan faktor sosio-kultural. Pemborosan dapat mengancam masa depan negara.

Spiritual

Keperluan Spiritual Seiring Dengan Pembangunan

Revolusi Islam berdiri dengan tujuan menawarkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah) kepada rakyat Iran;

فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً

“Maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS.16.97)

Ini merupakan tujuan final revolusi Islam Iran. Kehidupan yang baik bagi rakyat ialah bukan hanya makmur, sejahtera, jaya, merdeka, dan sentosa dari segi material, kehidupan sehari-hari, keamanan, kelimuan, politik, ekonomi, tetapi juga makmur dari segi ruhani, keimanan, ketakwaan, dan akhlak. Inilah yang dimaksud dengan hayatan tayyibah.

Sebagian negara cukup makmur dan sejahtera dari segi material dan ekonomi, tapi dari segi spiritual mereka kosong. Tidak ada gunanya kesejahteraan ekonomi tanpa diiringi dengan kesejahteraan spiritual. Sebab di situ diskriminasi tidak akan dapat diatasi, keadilan sosial tidak akan terwujud, kemiskinan tidak akan terentaskan, dan korupsi tidak akan terbenteras. Kesejahteraan ekonomi bukanlah segala-galanya bagi negara.

Amerika Syarikat adalah contohnya! Dari segi ekonomi produksinya melimpah, kemajuan sainsnya menonjol, kilang-kilangnya berkembang. Amerika Syarikat mengekspot berbagai macam produk ke seluruh penjuru dunia sehingga pendapatannya melimpah. Namun, semua ini tidak menghasilkan manfaat yang kongkrit bagi rakyat di sana. Mengapa demikian? Sebab Amerika Syarikat miskin dari segi keamanan dan spiritual sehingga angka jenayah dan bunuh diri di kalangan remaja terus meningkat. Anak yang barusia 12 -13 tahun sudah belajar membunuh orang. Rumah tangga banyak yang hancur. Pasangan suami-isteri tidak memiliki jiwa sehidup semati. Suami tidak merasa memiliki isteri, dan isteripun merasa tidak memiliki suami! Di situ tidak ada kehidupan rumah tangga sejati. Hilangnya spiritual di Amerika Syarikat diakui oleh para penulis, kolumnis, dan intelektual Amerika Syarikat sendiri. Semua ini tak lain karena di sana tidak ada agama dan keimanan yang berlaku. Kemudian, kesejahteraan ekonomi di sanapun bukan terus dapat dinikmati oleh semua orang. Melimpahnya pendapatan negara hanya mengalir ke kantong beberapa gelintir orang. Inilah karakter masyarakat yang bermaterial tapi tidak beruhani. Islam tidak ingin membentuk masyarakat yang sedemikian rupa. Hayatan tayyibah yang dicanangkan Islam ialah kehidupan yang kaya material sekaligus spiritual, ada kekayaan harta dan kesejahteraan ada pula keimanan dan spiritual, kaya ekonomi sekaligus kaya moral.

Berdisiplin

Disiplin Ekonomi dan Kewangan

Kedisiplinan ekonomi dan kewangan ialah teraplikasikannya kemampuan mencegah pemborosan dan penghamburan dana. Pemborosan sama sekali bukan perilaku baik. Pemborosan sama sekali tidak patut disebut kedermawanan. Sebutan yang patut untuk pemborosan ialah ketidakdisiplinan ekonomi dan kewangan. Orang yang terbiasa dengan pola konsumtif adalah orang yang tidak mengindahkan keupayaan masyarakat dari aspek kemampuan ekonomi, tidak disiplin terhadap kapasiti perekonomian masyarakat. Karena itu, harta yang didapatnya –walaupun memang dari sumber yang halal- tak segan-segan ia hamburkan secara sia-sia.

Yang lebih parah lagi adalah orang yang menyalahgunakan harta negara. Para pentadbir harus ketat dalam mengelola kewangan negara. Mereka tak perlu menggunakan dana untuk keperluan yang bersifat sekunder atau bahkan masih diragukan statusnya antara primer dan sekunder. Wang negara jangan sampai digunakan untuk hal-hal yang dirasa tidak perlu. Bahkan jangan digunakan untuk suatu keperluan ketika masih ada keperluan lain yang lebih penting. Gunakan fasiliti kewangan yang tersedia hanya untuk keperluan-keperluan primer.

Minyak

Menutup Telaga-Telaga Minyak

Saya memiliki harapan yang realisti, tapi mungkin tidak dapat terlaksana dalam waktu cepat. Harapan ini ialah Iran menutup telaga-telaga minyaknya dan mampu membangun perekonomiannya dengan mencari produk-produk lain yang bukan minyak. Dengan demikian, maka anggaplah Iran tidak lagi memiliki produk yang bernama minyak. Ini mungkin memang tidak akan terlaksana sampai beberapa tahun ke depan. Sebab, musuh-musuh Iran di era rezim boneka dan korup Pahlevi sudah melakukan aksi kerosakan yang luar biasa. Rakyat dan negara Iran telah dibuat sedemikian bergantung pada minyak sehingga sulit untuk dapat keluar dari keadaan ini. Tapi suatu hari nanti rakyat Iran pasti boleh berdiri sendiri dan tidak lagi menyerahkan asetnya dengan senang-senang kepada pihak-pihak yang ingin meraup keuntungan secara keji dari kekayaan nasional negara-negara lain. Sayang sekali, target ini sekarang belum mampu dicapai. Akibat pengkhianatan sebagian negara pengeluar minyak dan kolusi mereka dengan para penjarah kelas dunia, minyak yang seharusnya boleh menjadi modal bagi negara-negara pengeluarnya untuk mendapatkan keuntungan politik dan ekonomi malah menjadi sumber keuntungan para konsumen! Padahal, seandainya sekarang minyak tidak diberikan kepada dunia, maka semua tempat akan kehilangan cahaya, pemanasan, dan gerakan industri. Peradaban sekarang bertumpu pada mesin sehingga jika produksi minyak dihentikan, maka mesin itu tidak mungkin akan bergerak. Sedemikian pentingnya fungsi minyak.

Bebaskan Dari Pendapatan Ekspor Minyak

Perekonomian dan rakyat Iran harus bebas dari minyak. Sebab minyak sekarang bergantung pada permainan internasional; oleh syarikat-syarikat penjarah, kanibal dan arogan. Minyak pada hakikatnya sudah jatuh ke dalam genggaman mereka. Merekalah yang mengatur kuota produksi untuk menentukan harga minyak. Minyak adalah milik negara-negara pengeluarnya, tapi pengurusannya ada di tangan pihak-pihak lain!

Ekonomi minus minyak belum bisa diterapkan pada satu hingga lima tahun ke depan. Harus dilakukan usaha bertahap agar nanti pemerintah tidak lagi terpaksa menjual minyak hanya untuk mengendalikan urusan negara, demi untuk mengimpor dan memberikan kebajikan untuk menggerakkan pendidikan dan tarbiyah, untuk menentukan anggaran negara, atau untuk sekedar import gandum dan susu tepung! Apa yang diterapkan pada era rezim Pahlevi jelas keliru. Satu diantara puluhan bentuk pengkhinatan dinasti Pahlevi ialah menjadikan perekonomian negara bergantung penuh pada minyak sehingga tidak mudah untuk mengubahnya lagi.

Program Pemerintah

Mempedulikan Rakyat Lemah Dalam Membuat Program Ekonomi

Dalam berbagai program perekonomian pemerintah, gejala negatif yang paling segera terlihat ialah bahwa proses yang berjalan dari awal langkah-langkah pendahuluan hingga saat menjelang tercapainya hasil yang diinginkan selalu membawa kesan yang sangat menyulitkan lapisan masyarakat lemah. Boleh jadi memakan masa yang agak lama pemerintah akan berjaya mencapai hasil ke perekonomiannya sebelum terjadi keseimbangan neraca produksi dan konsumsi sehingga semua orang dapat memanfaatkan hasil produksi secara sehat. Dalam proses ini, lapisan masyarakat lemah adalah pihak yang selalu lebih cepat dan banyak terkena kesannya.

Pengurusan

Fungsi Pengurusan Efektif Dalam Pembangunan Ekonomi

Republik Islam Iran mampu mencetak pertumbuhan ekonomi yang layak. Anggapan bahwa Iran tidak akan boleh berbuat sesuatu, tidak boleh maju, dan tidak boleh menyelesaikan masalahnya adalah anggapan yang salah dan terjadi akibat mentaliti yang lemah. Dengan pengurusan dan pentadbiran yang simpatik dan efisien, komitmen yang kuat, dan pemerkayaan inisiatif dan potensi sumber tenaga manusia yang ada, Iran mampu mengatasi problema Pemerintahan Islam pasti berhasil jika barisan pengarahannya terdiri atas orang-orang yang taat hukum, beriman, dan berhati nurani serta bekerja secara logik, cerdas, dan setia kepada rakyat dan pemerintahan Islam.

Karena didukung pengurusan yang efektif, Iran cukup berprestasi di sejumlah industri tercanggih yang tadinya belum pernah terbayangkan sedemikian rupa oleh pekerja industri Iran. Bahkan diakui oleh sebagian besar pihak luar, termasuk para musuh dan pesaing Iran yang tadinya payah mempercayai realiti ini. Mereka akhirnya mengakui setelah hasilnya begitu terasa di semua tempat. Di bidang industri pertahanan, sudah sampai di manakah Iran saat ini dan di manakah posisi Iran sebelumnya? Di era perang, Iran kesulitan memproduksi peralatan ketenteraan yang paling sederhana sekalipun. Tapi sekarang, berkat kerja keras para pemuda setia dan pimpinan yang simpatik, Iran berhasil memproduksi berbagai jenis peralatan canggih ketenteraan yang bahkan tidak dimiliki oleh sejumlah besar negara yang sudah lebih lama berkecimpung di bidang industri.

Kemampuan industri tidak boleh dimonopoli. Jika potensi sudah boleh diaktifkan pada suatu sektor, maka hal yang sama juga boleh terjadi pada semua sektor lain. Artinya, semua ini boleh terjadi di berbagai bidang industri lainnya. Puluhan empangan besar sudah dibangun di negara ini. Di awal-awal revolusi, ketika sebuah empangan retak oleh aliran air, para arkitek lantas berkumpul dan memutuskan untuk mendatangkan tenaga ahli dari Eropa yang membuang empangan itu bagi mengatasi kebocoran yang ada. Tapi sekarang, pemuda dan tenaga-tenaga mukmin dan setia kita serta para direktur Iran dalam beberapa tahun ini berhasil membangun sendiri puluhan empangan. Di bidang perdagangan, sektor-sektor perkhidmatan, industri, pengangkutan dan pertanian, pengurusan harus ada di tangan tenaga-tenaga pengarah yang simpatik dan konsisten. Kesungguhan, komitmen, keimanan, dan keyakinan kepada pemerintahan Islam serta rasa takut kepada azab Allah harus tertanam dalam diri para pengarah supaya semua pekerjaan dapat berjalan baik.

Yakin Diri

Tindakan Yakin Diri Dalam Pembangunan

Rasa yakin diri para pentadbir dan pemimpin Iran adalah satu nilai yang sangat mendasar dalam revolusi Islam Iran. Tanpa yakin diri, pilar-pilar pembangunan negara akan goyah. Karena itu, semua pentadbir yang bekerja di bidang masing-masing harus memupuk spirit percaya diri dan keyakinan bahwa Republik Islam Iran dan seluruh komponen rakyat Iran mampu membawa negaranya ke puncak tertinggi yang dicita-citakan. Empangan terbesar di kawasan Timteng, yaitu Empangan Karkheh adalah buatan belia-belia kita yang tergabung dalam Pasukan Garda Revolusi Islam (Sepah-e Pasdaran/IRGC). Saya sempat meninjau Empangan Karkheh ketika sedang dibina beberapa tahun silam. Di sana saya melihat di sebuah tebing gunung di depan empangan tertera kata-kata Imam Khomaini ra; “Kita Mampu”. Benar, kita memang mampu.

Reformasi

Reformasi Dalam Pembangunan Ekonomi

Reformasi adalah sesuatu yang lazim, urgen dan harus terjadi Iran. Reformasi adalah bagian dari semangat revolusi dan corak keagamaan pemerintahan Iran. Tanpa reformasi yang berarti pembaharuan secara berterusan, pemerintahan akan lapuk dan berjalan tanpa arah. Reformasi adalah satu kewajiban yang harus ditunaikan. Pengagihan kekayaan negara tidak akan berjalan adil tanpa reformasi. Berbagai gejala buruk akan terjadi di tengah masyarakat, kemiskinan akan meluas, kehidupan akan susah, sumber-sumber kekayaan negara tidak akan dimanafaat dengan baik, tenaga-tenaga intelektual akan angkat kaki, sedangkan tenaga intelektual yang masih ada tidak akan digunakan secara optima. Gejala-gejala buruk seperti ini tidak akan terjadi jika reformasi berjalan baik.

Industri

Peranan Perindustrian Bagi Pembangunan Ekonomi

Sektor industri adalah ujung tombak pembangunan ekonomi negara. Sektor industri harus digiring ke depan dengan penerapan pengurusan yang bagus dan terbuka bagi masyarakat yang berminat untuk membuat pelaburan. Korupsi di tengah kalangan birokrasi dapat menular ke semua sektor perekonomian negara. Karena itu korupsi harus benar-benar dibenteras agar pelabur yang jujur dan tak beritikad buruk merasa aman dalam menanamkan modalnya. Memang, setiap pelabur tentu saja bermaksud mencari keuntungan ketika menanam modalnya. Ini memang boleh dan tiada apa masalah. Keuntungan yang legal dan halal harus dibedakan dari keuntungan yang ilegal dan haram. Keuntungan yang ilegal tentu wajib dicegah. Keuntungan ilegal umumnya terjadi kerana diantara pentadbir dan birokrat ada kalangan yang tidak konsisten, tidak memiliki sensitiviti, dan atau tergelincir pada berbagai macam persoalan yang merugikan. Fenomena penyeludupan juga harus dibenteras secara total.

Persatuan Nasional

Persatuan Nasional, Syarat Bagi Pembangunan

Rakyat pasti maju jika bersatu dan kompak dalam usaha dibidang ekonomi. Peperangan sekalipun tidak akan boleh menghalang gerak maju rakyat yang bersatu. Wibawa negara juga akan terjunjung tinggi jika rakyatnya bersatu. Persatuan nasional juga merupakan aset rakyat untuk meraih aspirasi dan cita-cita tertingginya. Pertikaian, perpecahan, dan konflik antara fraksi, kelompok, dan tokoh tidak akan menghasilkan sumbangan apapun untuk negara dan bangsa.

Nota: Semoga pandangan Syed Ali Khameinie ini dapat dijadikan sebagai antara petunjukkan asas dalam menyusun ekonomi makro di negeri-negeri Pakatan Rakyat dalam menentang arus Model Ekonomi Baru (MEB) yang dirancang oleh perunding Ekonomi BN samada dari dalam Negara dan luar Negara.

Kadang-kadang kita terjebak dengan sentimen mazhab sehingga perkara baik yang dikemukakan ditolak secara mentah-mentah, tetapi alangkah peliknya kita dapat menerima idea dari Barat dengan penuh kebanggaan bahkan ada yang telah tanpa segan-silu menerima M.A dan Phd Pengajian Islam dari Universiti yang para Orientalis Yahudi menjadi pensyarahnya.

No comments: