Bismillahirrahmanirrahim
Saya ucapkan selamat menyambut hari Bi'tsah (pengutusan) Nabi SAW kepada segenap umat manusia, khususnya umat Islam. Kita memohon kepada Allah SWT supaya ianya membawa berkah untuk muslimin-muslimat dan segenap umat manusia.
Persoalan bi'tsah (pengutusan) Rasulullah SAW adalah persoalan yang terlampau luas untuk dijelaskan dengan lisan dan pikiran kita yang terbatas ini. Bi'tsah Nabi pada hakikatnya merupakan peristiwa agung dimana dimensi demi dimensinya terlalu luas untuk dapat dijelajah dalam waktu singkat. Semakin jauh waktu bergerak maju dan semakin banyak manusia menjalani pengalaman hidup dan menyadari berbagai kekurangan dan penderitaannya semakin jauh dan luas pula dimensi-dimensi yang akan terlihat dari bi'tsah Nabi SAW. Bi'tsah pada prinsipnya adalah seruan kepada umat manusia menuju tarbiyah rasional, moral, dan hukum. Semua ini adalah sesuatu yang sangat diperlukan dalam proses kehidupan umat manusia menuju kesempurnaan.
Tahap pertama adalah pendidikan rasional. Artinya, bi'tsah mengeskplorasi daya nalar manusia dan mendudukkannya pada posisi teratas, menyalakan pelita fikiran untuk manusia agar manusia dapat menentukan dan meniti jalan yang benar. Inilah masalah yang paling utama. Di samping itu, tahap pertama pada bi'tsah Nabi SAW ini juga mengangkat masalah pengetahuan. Dalam kitab suci Al-Quran dan kalimat-kalimat suci Rasulullah SAW. Anda dapat melihat betapa saratnya penekanan terhadap akal, penalaran, perenungan, pemikiran, dan seterusnya. Pada hari kiamat pun, Al-Quran menggambarkan kata-kata para pendurjana sebagai berikut;
لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ
"Sekiranya kami mendengarkan atau berpikir niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". (QS.67.10)
Para pendosa itu mengakui bahwa mereka masuk ke dalam neraka karena telah mengabaikan akal, pikiran, dan hati nurani mereka. Pengabaian ini telah menyebabkan buruknya nasib mereka yang kekal di hari kiamat. Seruan agar manusia kembali kepada akal pikiran sudah menjadi agenda utama dalam perjalanan hidup para nabi, dan bukan hanya dalam sirah nabi terakhir Muhammad SAW. Hanya saja, seruan ini dalam Islam tentu lebih tajam dan fokus. Karena itu, mengenai sebab diutusnya para nabi, Saidina Ali Karamallah Wajhah berkata;
لِيَسْتَأْدُوهُمْ مِيْثَاقَ فِطْرَتِهِ
"Untuk membimbing mereka (umat manusia) kepada ikrar fitrahnya..."
Hingga beliau berkata;
وَ يُثِيْرُوا لَهُمْ دَفَائِنَ الْعُقُوْلِ
"Dan demi menggalikan untuk mereka khazanah akal yang terpendam."
Para nabi diutus adalah dengan tujuan membukakan kepada kita khazalah akal pikiran dan hati nurani kita. Problem kita ibarat orang yang duduk di atas sebuah harta karun tapi tidak menyadarinya dan tidak memanfaatkannya, lalu mati karena kelaparan. Ketika kita tidak menggunakan akal dan tidak menjadikannya sebagai panduan, ketika kita tidak mengasah akal, dan tidak menyerahkan kendali jiwa kita kepada akal, kondisi kita akan tetap seperti ini.
Harta karun ini ada di tangan kita, tetapi kita tidak memanfaatkannya. Akibat kebodohan kita, kita terdera kesulitan dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat. Sebab itu, Rasulullah SAW dalam sebuah hadis bersabda;
اِنَّ الْعَقْلَ عِقَالٌ مِنَ الْجَهْلِ
"Sesungguhnya akal adalah kendali dari kebodohan."
Kendali (iqal) adalah tali yang diikatkan kepada hewan semisal unta untuk mencegahnya agar tidak bergerak. "Akal adalah kendali dari kejahilan" maksudnya ialah bahwa akal adalah tali kendali agar manusia tidak disertai kedunguan dalam bergerak. Rasulullah SAW kemudian bersabda;
وَ النَّفْسُ كَمَثَلِ اَخْبَثِ الدَّوَابِ
"Dan jiwa (nafs) adalah ibarat binatang yang paling liar."
Rasulullah SAW menggambarkan jiwa manusia sebagai hewan yang paling liar. Beliau bersabda lagi;
فَاِنْ لمَ ْ تُعْقَلْ حَارَتْ
"Jika tidak diikat maka ia akan membabi-buta."
Jiwa manusia akan kacau dan tak terkendalikan lagi jika tidak diikat dengan akal. Manusia akan sama persis dengan binatang yang liar yang tidak tahu kemana akan pergi. Dalam keadaan demikian, manusia akan selalu mengalami masalah dalam menjalani kehidupan individual maupun sosial, dan ini juga akan menjadi masalah besar bagi masyarakat manusia. Inilah peranan akal manusia.
Dengan demikian, agenda pertama Rasulullah SAW ialah membangkitkan peranan akal dan daya fikir manusia dan masyarakat manusia. Dan inilah yang akan menjadi kunci penyelesaian semua masalah. Akallah yang menggiring manusia kepada agama, menyeru manusia agar tunduk dan mengabdi kepada Allah. Akal mencegah manusia dari perbuatan bodoh dan kepasrahan kepada dunia. Jadi, agenda utama ialah memperkuat daya akal dan fikiran di tengah masyarakat, dan ini juga merupakan kewajiban bagi kita semua. Di tengah masyarakat Islam, kita sekarang berusaha menjadi teladan dan contoh dari masyarakat Islam Nabi Muhammad SAW, betapapun banyaknya kelemahan dan kekurangan yang ada pada diri kita. Di hadapan keagungan Rasul SAW yang tiada bandingannya itu, kita mencoba bergerak demikian. Kita berharap untuk tampil sebagai contoh yang demikian. Di tengah masyarakat ini, akal harus dijadikan pedoman dan tolok ukur.
Tarbiyah kedua adalah tarbiyah akhlak sebagaimana sabda Rasul SAW;
بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْاَخْلَاقِ
"Aku diutus adalah untuk menyempurnakan keutamaan-keutamaan akhlak."
Rasulullah menyempurnakan norma-norma etika di tengah masyarakat. Akhlak adalah budi pekerti yang jika diterapkan di tengah masyarakat maka manusia akan dapat menjalani kehidupan dengan sehat. Sebaliknya, kehidupan akan keras dan sulit jika akhlak tidak ada atau kehidupan justru dikuasai oleh kebidaban, ketamakan, ambisi, kejahilan, serakah kepada dunia, emosi pribadi, kedengkian, kekikiran, kecurigaan satu sama lain, dan kelakuan tiada berakhlak lainnya. Dalam kondisi demikian, kehidupan akan terasa sempit dan manusia tidak mungkin akan dapat bertahan hidup dengan sehat. Oleh sebab itu, Al-Quran al-Karim dalam sejumlah ayatnya menyebutkan;
وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَة
"... membersihkan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah." (QS.3.164 / 62.2)
Penyucian jiwa (tazkiyah) yang merupakan pencerahan akhlak didahulukan atas pengajaran. Pada riwayat hadits Nabi SAW tadi yang berbicara tentang keutamaan akal juga disebutkan bahwa akal melahirkan kelapangan (hilm), dan kelapangan membuahkan ilmu. Dalam tarbiyah ini manusia harus sadar bahwa akal mula-mula melahirkan hilm yaitu kelapangan jiwa yang disertai kesabaran menanggung beban. Dengan kesabaranlah seseorang akan dapat tekun belajar dan menambah pengetahuan individu dan sosialnya. Dengan demikian, ilmu menempati posisi kedua setelah hilm yang merupakan satu norma etika. Dan ini juga ditegaskan dalam ayat Al-Quran tadi. Demikianlah pentingnya tarbiyah akhlak. Kita sekarang benar-benar sangat memerlukan tarbiyah akhlak. Kita sebagai umat Islam di lingkup wilayah geografis ini, maupun kita sebagai umat Muslim di dunia Islam yang besar ini. Ini merupakan keperluan utama bagi kita semua.
Setelah itu adalah tarbiyah dan kedisplinan hukum. Pelaksana pertama seluruh hukum Islam adalah pribadi Rasulullah SAW sendiri. Dari Ummul Mukminin Aisyah diriwayatkan bahwa orang-orang bertanya kepadanya tentang akhlak dan perilaku Nabi SAW. Aisyah menjawab;
كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ
"Akhlaknya adalah Al-Quran."
Akhlak, perangai, dan kehidupan Nabi SAW adalah kristalisasi Al-Quran. Artinya, tidak ada perintah Allah SWT yang diabaikan oleh beliau. Ini adalah pelajaran untuk kita semua. Tentunya, kita tidak bermaksud membandingkan diri kita yang hina ini dengan diri Rasulullah SAW yang sangat agung. Beliau ada di puncak sedangkan kita masih berada di sekitar kaki gunung. Namun, yang kita maksud ialah bahwa kita harus bergerak menuju puncak, dan inilah yang menjadi ukuran.
Gelanggang kehidupan ini adalah gelanggang ujian. Umat telah menjalani berbagai ujian berat dan masih tetap terkurung dalam cengkraman thaghut seandainya kita hanya sekedar mengucapkan kalimat lailaha illallah atau sesekali hanya berpikir tentang lailaha illallah. Namun jika kita masuk ke dalam kancah pengamalan kalimat lailaha illallah, maka Allah SWT memberikan keagungan, kekuatan, dan kecemerlangan identitas kepada kita, yakinlah. Allah SWT pasti merespon jika kita menjejakkan kaki kita ke depan karena Allah adalah Zat yang sangat mudah dan cepat mengabulkan, sebagaimana firman Allah SWT;
مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا
"Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya sepuluh kali lipat amalnya." (QS.6.160)
Allah SWT memberikan balasan sepuluh kali lipat jerih payah yang kita lakukan. Kita sekarang terkurung dalam terowong, tak dikenal orang, dilupakan, dan bahkan diri kita sendiri miskin kepekaan terhadap sesuatu dan hilang keberanian. Bebaskan diri kita dari kurungan itu.
Rasulullah SAW sendiri adalah pelaksana hukum. Allah SWT berfirman;
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّه
"Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya... (QS.2.285)
Rasulullah SAW melaksanakan perintah Ilahi dan kaum mukmin kemudian mengikutinya. Beliau melaksanakan dan umat menyaksikannya sehingga merekapun menemukan jalan. Peranan yang sama juga harus dimainkan oleh para tokoh, pemimpin, dan pemimpin masyarakat. Jangan hanya sekadar ucapan. Di tengah Anda sekalian terdapat banyak pejabat negeri, dan masing-masing Anda dapat menjadi teladan dari segi amal untuk orang-orang yang memperhatikan Anda.
Kita harus tahu bahwa apapun kata-kata, tindakan, dan analisa yang dapat membantu para pengacau adalah tindakan yang menyalahi aspirasi perjuangan. Kita semua harus berhati-hati dan waspada. Berhati-hati dalam menebar statemen, mengambil keputusan, mengeluarkan pernyataan, dan berhati-hati dalam mengambil sikap berdiam diri. Ada hal-hal yang memang harus dikatakan, karena jika kita diam kita telah tidak menunaikan kewajiban kita. Ada hal-hal yang membuat kita harus diam membisu, dan jika kita berbicara berarti kita telah melanggar tugas. Kita sedang duduk di depan meja ujian yang sangat besar. Dalam ujian, jika hasilnya adalah gagal maka akibatnya bukan saja ketertinggalan kita dalam satu tahun, melainkan keterpurukan. Jika kita tidak ingin mengalami nasib seperti ini, maka akal budi kita yang menyeru manusia kepada ubudiyyah harus kita jadikan sandaran.
Bermain-main dengan politik secara tidak konvensional adalah tindakan yang menyalahi akal sehat.
اَلْعَقْلُ مَا عُبِدَ بِهِ الرَّحْمَنُ وَ اكْتُسِبَ بِهِ الجِْناَنُ
"Akal ialah sesuatu yang dengannyalah Yang Maha Pengasih disembah dan surga digapai."
Akal membimbing manusia kepada jalan yang benar. Salah anggapan bahwa permainan politik adalah permainan orang-orang pintar dan berakal. Yang benar ialah bahwa akal adalah sesuatu yang meluruskan perjalanan ubudiyyah kepada Allah SWT. Tolok ukurnya untuk kita atau antara kita dan Allah SWT ialah apakah kita ikhlas dalam mengeluarkan pernyataan ini, atau apakah kita benar-benar mengingat Allah atau tidak. Kita harus melihat diri kita apakah kita bertujuan mencari keridhaan Allah atau hanya untuk menarik perhatian orang dalam mengeluarkan pernyataan. Inilah kriterianya. Kita harus kembali kepada diri kita sendiri. Diri manusia sendiri adalah juri yang paling kompeten. Jangan sampai kita membohongi diri sendiri. Kita harus tahu apa yang kita perbuat dan katakan.
Jalan bagi kita sudah dibuka lebar-lebar. Kita harus memandang bi'tsah Nabi SAW dengan sisi pandang ini. Bi'tsah bukan sekedar sambutan yang harus kita meriahkan dengan ceramah agama dan menzahirkan sukacita. Bi'tsah bukan ini, melainkan sebuah momentum ied, dan ied tak lain adalah suasana dimana manusia harus merenungkan hakikat itu dalam-dalam. Memandang bi'tsah adalah memandang Rasulullah SAW, menghayati keagungan mujahadah beliau, dan merenungkan kebesaran pengaruh beliau yang menakjubkan.
10 tahun adalah masa yang sekejap untuk usia sebuah umat. Dalam 10 tahun apa yang dilakukan pribadi teragung ini. Tidak ada masa 10 tahun yang dapat dibandingkan dengan masa 10 tahun pemerintahan Rasulullah SAW yang penuh berkah. Apa yang telah beliau lakukan dalam kurun waktu 10 tahun? Badai apa yang telah beliau hembuskan, dan hamparan apa yang telah beliau bentangkan untuk manusia di balik badai itu, dan bagaimana beliau membentangkannya? Usia beliau 63 tahun. Dengan usia panjang kita, dan dengan perangai kita yang masih kekanak-kanakan kita ingin mengikuti jejak beliau, entah sejauhmana. Yang jelas, jika kita dapat bergerak dengan penuh ikhlas, penuh mujahadah, dan dengan hidayah Ilahi maka hasilnya adalah seperti yang terjadi pada masa 10 tahun pemerintahan Nabawi beserta segala keagungannya.
Ilahi, anugerahilah kami keterjagaan. Sirami hati kami dengan pengetahuan yang lebih mendalam tentang hakikat Islam. Ya Allah, tolonglah umat ini dalam berjuang menempuh jalan yang lurus.
Wasalamu'alaikum wa rahmatullah.
Ucapan menyambut Hari Diutuskan Muhamad saw sebagai Rasullah ini telah diubahsuai untuk renungan kita bersama.
No comments:
Post a Comment